
Z yang masih duduk dibangku sekolah dasar tersebut, saat ini, mengikuti orang tuanya pulang ke kampung halamannnya yang berada di Ngunut Kelurahan Tawangmangu.
Kepala DKK Karanganyar, Cucuk Heru Kusumo, kepada hariankota.com Rabu (23/10/2019) menjelaskan, traumatic yang dialami Z disebabkan karena melihat sendiri peristiwa kerushan yang terjadi di Wamena.
“Dari kondisi seperti itu (melihat sendiri kejadian, red), menyebabkan Z mengalami trauma psikologis dan sampai saat ini, masih terus kami lakukan pendampingan,” jelas Cucuk Heru Kusumo, Rabu (23/10/2019).
Menurut Cucuk Heru Kusumo, pemulihan kondisi psikologis, sangat tergantung kondisi sesaat dan kondisi proses dan lingkungannya.
“Secara psikologs, kita tidak bisa melihat secara langsung. Kita melihatnya dari proses perubahan perilaku dan tampilan yang bersangkutan. Kita berharap, kondisi psikologis Z dapat kembali pulih,” ujarnya.
Sebagaimana diberitakan hariankota.com, sebanyak 21 KK atau sekitar 40 orang warga Karanganyar terdampak kerusuhan Wamena telah kembali ke kampung halamannya secara bergelombang.
Sampai saat ini, berdasarkan data dari Dinas Sosial (Dinsos) Karanganyar, masih ada 17 warga Karanganyar yang masih bertahan di Wamena. Kepala Dinsos Karanganyar, Agus Hery Bindarto, mengatakan, selama berada di kampung halamannya, tetap menejadi tanggungjawab Pemkab.
“Pemkab tetap memfasilitasi dan memperhatikan warga terdampak kerusuhan ini selama berada di Karanganyar. Kita juga sedang mendata, apakah mereka akan kembali ke Wamena atau tetap di Karanganyar.
Jika ingin kembali, kami akan memfasilitasi, dan jika tetap berada di Karanganyar, kami akan memberikan pelatihan kerja dan mengurus segala dokumen kependukan mereka,” kata dia.